Deretan artikel yang dimulai dengan judul Senyum CU, merupakan saduran dari buku “Sambil Tersenyum Memahami Credit Union” karangan P. Florus (1999).

Pengurus C.U. Memutuskan untuk membuka usaha lain, selain simpan-pinjam. Mereka membeli sebuah bus dan sebuah truk. Bus untuk mengangkut penumpang, dan truk untuk angkutan barang.

Usaha angkutan itu ternyata tidak menguntungkan. Bermacam-macam penyebabnya. Yang jelas, pengurus C.U. Belum mampu untuk mengelolanya secara baik. Sopir dan pembantunya selalu saja melaporkan bahwa penumpang tidak banyak atau mobil mengalami kerusakan sehingga onderdilnya perlu diganti.

Lalu ada ‘himbauan’ dan Rapat Nasional C.U., yaitu agar C.U. kembali hanya mengurus simpan-pinjam. Usaha tunggal.

Tetapi pengurus C.U. Yang mengelola usaha angkutan selalu rugi itu tidak mudah menyerah begitu saja. Mereka mengadakan Rapat. Ketua Dewan Pimpinan berkata: “Bagaimana para anggota menilai kita, bila usaha angkutan ini sampai ditutup? Bukankah akan berkembang isu, bahwa C.U. Bangkrut? Kalau isu seperti itu beredar, maka kepercayaan para anggota akan C.U. Semakin berkurang. Lalu mereka tidak mau menabung atau mengembalikan pinjamannya.”

“Sebaliknya, kalau usaha ini diteruskan, kita akan menderita kerugian yang semakin besar,” kata seorang anggota pengurus.

Diskusi mereka berakhir dengan keputusan untuk meneruskan usaha angkutan itu. “Rugi dalam berusaha adalah hal biasa,” kata Ketua Dewan Pimpinan menghibur diri dan teman-temannya.

Empat bulan kemudian, kerugian C.U. Akibat usaha angkutan memang semakin besar. C.U. Mulai kurang sehat. Kelompok pengurus yang ingin menutup usaha tersebut berhasil mendatangkan pengurus BK3D untuk mengadakan pertemuan dengan Dewan Pimpinan. Setelah berdiskusi panjang dan lebar, para pengurus C.U. Akhirnya menyadari bahwa mereka takut menutup usaha angkutan hanya karena rasa malu. Gengsi, dong!

Ketika mereka menyadari hal itu, keputusan yang tepat dapat diambil: Usaha angkutan ditutup. Bus dan truk dijual.

Judul Buku: Sambil Tersenyum Memahami Credit Union, Penulis: P. Florus, Halaman: 97-98.