Deretan artikel yang dimulai dengan judul Senyum CU, merupakan saduran dari buku “Sambil Tersenyum Memahami Credit Union” karangan P. Florus (1999).

Pak A.R. Mecer, seorang aktivis pengembangan C.U. Di Kalimantan Barat, bercerita: “Setelah dua belas tahun menjadi anggota C.U., saya masih saja kekurangan uang. Saya tetap belum kaya. Pada buku tabungan saya memang tertulis jumlah tabungan beberapa juta rupiah. Namun pinjaman saya lebih besar daripada tabungan. Artinya, saya berutang. Karena saya memang kekurangan uang. Tetapi saya boleh berbangga. Kekurangan saya jauh lebih kecil dibandingkan kekurangan para konglomerat. Dari media masa kita ketahui, bahwa satu orang konglomerat saja berutang sampai tiga triliyun rupiah. Bukankah itu menunjukkan, bahwa dia sungguh kekurangan uang? Saya sendiri belum pernah berutang sampai seratus juta rupiah.”

“Tetapi setelah menjadi anggota C.U., saya tidak lagi cemas dan takut kekurangan makanan. Tidak terlalu pusing lagi memikirkan dana bila harus berobat ke rumah sakit. Mampu membayar biaya pendidikan anak-anak. Dan lebih banyak tertawa. Maka saya yakin akan lebih panjang umur.”

“Kita tidak makan uang. Jika kita dapat hidup sehat, hati senang dan bisa pergi ke mana kita perlu, maka uang tidak diperlukan. Sejahtera tidak sama dengan memiliki banyak uang. Tetapi untuk dapat sejahtera, pasti kita memerlukan uang.”

Judul Buku: Sambil Tersenyum Memahami Credit Union, Penulis: P. Florus, Halaman: 90.