Deretan artikel yang dimulai dengan judul Senyum CU, merupakan saduran dari buku “Sambil Tersenyum Memahami Credit Union” karangan P. Florus (1999).
“Mengapa disebut SHU atau (Sisa Hasil Usaha)? Tidak disebut KEUNTUNGAN saja? SHU itu memberikan kesan ‘hanya sisa’ yang tidak penting, tidak terlalu diutamakan, atau sisa yang tidak terpakai lagi.” Begitu tanggapan seorang peserta pelatihan dasar C.U.
Mungkin itu hanya istilah. Tetapi latar belakangnya dapat dijelaskan kira-kira demikian: C.U. ‘Mengusahakan’ uangnya hanya di kalangan anggota. Usaha ke dalam diri sendiri. Namun uang ternyata berkembang. Maka, pendapatan sebaiknya disebut ‘hasil usaha’. Biaya disebut ‘ongkos usaha’ dan laba disebut ‘sisa hasil usaha’.
SHU bukan sisa-sisa pendapatan setelah tidak habis untuk ongkos. Bahkan SHU itu seharusnya lebih besar daripada ongkos. C.U. Membolehkan paling banyak 40% saja pendapatan dipakai untuk ongkos. Jadi, SHU itu paling kurang 60% dari pendapatan.
Bagaimana bila ongkos hanya 10% dari pendapatan? Sehatkah? Mungkin sehat atau credit union itu terlalu kikir. Apakah pegawainya digaji layak? Berhati-hatilah, karena batas antara kikir dengan hemat sangat tipis.
SHU adalah hak para anggota. Ada yang akan dibagikan secara langsung kepada setiap anggota berdasarkan besar saham dan umur sahamnya. Bagian ini disebut ‘deviden’. Dengan menentukan bunga pinjaman 20% menurun sebulan. C.U. Yang sehat akan dapat memberikan deviden senilai paling kurang 15% per tahun. Dan ada lagi bagian SHU yang dijadikan dana-dana, misalnya: Dana untuk pendidikan dan pelatihan, dana cadangan, dana sosial lingkungan. Dana-dana itu juga akan menguntungkan anggota, cuma tidak secara langsung. Pada prinsipnya, dana-dana itu dipakai untuk menguatkan dan menyehatkan credit union sebagai organisasi. Bukankah kalau organisasi kuat, para anggotanya akan untung?
Judul Buku: Sambil Tersenyum Memahami Credit Union, Penulis: P. Florus, Halaman: 107.