Deretan artikel yang dimulai dengan judul Senyum CU, merupakan saduran dari buku “Sambil Tersenyum Memahami Credit Union” karangan P. Florus (1999).

Sebatang pohon aneh tumbuh subur di lading kami. Pohon itu bertumbuh sedemikian cepat. Daunnya yang rimbun dan akar-akarnya yang menjulur ke segala arah membuat pohon-pohon lain di sekitarnya menjadi mati atau – yang bertahan hidup di bawahnya – menjadi kerdil. Rupanya pohon itu tidak mau menyisakan humus bagi tumbuhan lain. Dan ia menghalangi sinar matahari sehingga tumbuhan lain yang masih bertahan di bawahnya menjadi lemah. Kata orang, pohon itu bernama ‘Kapitalisme’.

Buah pohon Kapitalisme itu ada 3 bentuk. Yang pertama, besar dan berhiaskan pernik-pernik permata gemerlap di seluruh kulitnya. Apabila tertimpa cahaya, dari buah itu terpantul kilauan aneka warna: merah, kuning, hijau, biru dan ungu. Buah ini bernama ‘materialisme’.

Buah yang kedua lebih kecil. Tetapi setiap tangkai hanya ada satu buah. Berduri runcing. Kata orang, durinya itu berbisa. Apa saja yang tertusuk dari runcing itu niscaya akan membusuk. Nama buah jenis ini adalah individualism.

Dan buah yang ketiga juga aneh bentuknya. Buah itu berlobang-lobang. Menurut kepercayaan orang sekampung kami, serangga yang menyentuh lobang-lobang itu akan tertelan lenyap oleh buah. Buah yang sangat rakus itu diberi nama ‘konsumtivisme’.

Orang sekampung kami sungguh tidak menyukai pohon ajaib tersebut. Setiap orang yang melihatnya mencibirkan bibir atau ngomel karena hati dongkol. Kadang-kadang mereka memaki sambil bertanya: “Kurang ajar! Dari mana datangnya bibit pohon jahanam itu?”

Tetapi…tunggu dulu. Ternyata buah-buah pohon kapitalisme yang telah matang dan jatuh ke tanah selalu saja hilang raib. Rupanya, diam-diam warga kampung kami suka memungutnya “Rasanya enak” – kata mereka saling berbisik.

Judul Buku: Sambil Tersenyum Memahami Credit Union, Penulis: P. Florus, Halaman: 1.