Pengertian Pengelolaan Rantai Pasokan (Supply Chain Management SCM)

Salah satu pola yang diterapkan dalam manajemen distribusi dan pemasaran adalah manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management – SCM) yang merupakan siklus lengkap produksi dalam hal ini untuk komoditas pisang yaitu dari kegiatan pengelolaan pada setiap mata rantai aktivitas produksi (barang dari jasa) hingga siap untuk digunakan oleh pemakai akhir (end user). Pengertian SCM secara umum adalah pengelolaan tahapan kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses produksi). Mentransformasikan bahan mentah menjadi produk (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk (pencari, pengumpul, dan pengecer) ke konsumen melalui sistem distribusi.

Rantai pasokan akan memaksimalkan nilai produk yang dihasilkan secara keseluruhan dengan mensinergikan dan menyelaraskan stakeholder yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi produk seperti suppliers, manufacturer, warehouse, distribution, retail outlets, dan customer serta meningkatkan nilai tambah.

Kunci Keberhasilan Supply Chain Management – SCM
Kunci keberhasilan penerapan Supply Chain Management / Manajemen Rantai Pasokan Hortikultura terletak pada 6 hal, yaitu:

  • Memahami pelanggan dan konsumen, artinya memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan standar yang diinginkan, menyeleksi produk sesuai dengan sketsa konsumen, memberikan jaminan kualitas dan harga bersaing, memberikan merek sebagai jaminan kualitas dan informasi mengenai referensi mengenai konsumen.
  • Menyediakan produk dengan benar sesuai permintaan konsumen, artinya dalam upaya memproduksi harus memperhatikan GAP dan SPO sertifikasi produk, menyediakan produk dengan harga terjangkau dari pengaturan produksi sesuai dengan kebutuhan pasar.
  • Menciptakan nilai tambah dan membagikan harga kepada semua anggota rantai, artinya menyusun keseimbangan margin harga di masing-masing porposionalitas rantai sesuai dengan aktifitas dan resiko yang ditanggung, dan dituangkan kesepakatan-kesepakatan, transparansi dimasing-masing rantai, peningkatan pemberdayaan (posisi tawar) petani, menciptakan nilai tambah melalui produk development, melakukan klasifikasi dan standarisasi mutu produk sesuai dengan kebutuhan pasar.
  • Logistik dan distribusi yang memadai, artinya harus ada kontinuitas suplai baik jumlah maupun mutu, penguatan kelembagaan tani, peningkatan sarana dan prasarana on farm dan off farm (infrastruktur), transportasi dan distribusi serta biaya transportasi yang efisien dan ketepatan waktu dalam pendistribusian produk.
  • Komunikasi dan Informasi yang lancar, artinya melalui penguatan sistem informasi antar pelaku bisnis, peningkatan jalinan informasi antar pelaku bisnis atau menciptakan champion yang dapat memperlancar komunikasi dan informasi antara produsen dan pelaku usaha serta perlu dukungan sarana dan prasarana software dan
  • Hubungan yang efektif antar pelaku rantai pasokan, artinya membangun hubungan yang saling menguntungkan antar pelaku bisnis, membangun komitmen, adanya transparansi, fairness antara pelaku bisnis dan perlu dibangun kelembagaan vertikal dan horizontal dalam bentuk asosiasi.
  1. Faktor Pendukung Keberhasilan

Untuk menjamin keberhasilan penerapan Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan perlu memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan antara lain:

  1. Kebijakan
  2. Identifikasi/survey preferensi konsumen dan potensi pasar.
  3. Penyiapan panduan, norma, standar (GAP, SOP, SPS, BMR dll).
  4. Peraturan tentang transparansi kerjasama saling menguntungkan antar pelaku, saling percaya antar pelaku rantai pasokan.
  5. Subsidi transportasi, benih, bunga bank, infrastruktur.
  6. Program dan anggaran untuk sistem komunikasi dan informasi.
  7. Panduan etika bagi pelaku rantai pasokan (petani, pedagang pengolah).

Sumber Daya Manusia

  1. Peningkatan kemampuan petugas/petani.
  2. Pelatihan/sosialisasi GAP, SOP.
  3. Pelatihan tenaga asesor.
  4. Pelatihan bagi pelaku rantai pemasaran.
  5. Pelatihan pemanfaatan teknologi informasi.
  6. Pelatihan profesionalisme dan manajemen.
  7. Rekruitmen champion (untuk menjadi manajer).

Prasarana

  1. Penyediaan gudang berpendingin.
  2. Penyediaan tempat pengolahan (rumah pasca panen).
  3. Penyediaan sarana irigasi.
  4. Penyediaan jalan usaha tani.
  5. Pembangunan STA.
  6. Prasarana komunikasi dan informasi yang efektif dan efisien.

Sarana

  1. Penyediaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alsintan,dll).
  2. Penyediaan sarana panen dan pasca panen.
  3. Penyediaan mobil berpendingin.
  4. Penyediaan sarana komunikasi/komputer.

Teknologi

  1. Teknologi Budidaya.
  • Penggunaan benih unggul bermutu.
  • Penerapan GAP dan SOP.
  • Penerapan SLPHT.
  • Pengaturan pola panen.

02. Teknologi Pasca Panen

  • Penerapan teknologi pasca panen.
  • Bimbingan penerapan teknologi penanganan pasca panen bagi pedagang.

Kelembagaan

  1. Kelembagaan On farm
  • Pelatihan/sosialisasi mutu.
  • Penguatan manajemen kelompok.
  • Pendampingan (teknologi pra dan pasca panen).
  • Fasilitasi kemitraan antara produsen dan pedagang atau pengusaha.
  • Peningkatan kemampuan pemahaman resiko usaha tani.
  • Pembentukan asosiasi petani.
  • Pertemuan terjadwal atar produsen dan pelaku rantai pasokan.
  • Dialog antar pelaku rantai pasokan.

02. Kelembagaan Off farm

  • Penyusunan SNI.
  • Pelatihan manajemen usaha.
  • Forum dialog kesepakatan harga antar pelaku rantai pasokan.
  • Pertemuan pelaku usaha dalam rangka tukar menukar informasi.

03. Kelembagaan Vertikal

  • Fasilitasi forum dialog antar pelaku rantai pasokan.

04. Kelembagaan Horisontal

  • Fasilitasi pertemuan asosiasi petani.
  • Fasilitasi pertemuan asosiasi pedagang.
  • Fasilitasi pertemuan asosiasi pengolah produk.

Modal/Pembiayaan

  1. Penguatan Modal Usaha Kelompok.
  2. Penyediaan kredit usaha tani berbunga rendah.
  3. Regulasi peraturan dan mekanisme penyediaan kredit/modal yang berpihak kepada petani.
  4. Fasilitasi modal untuk Supply Chain Champion.

Sistem Informasi

  1. Menyediakan informasi tentang perilaku dan preferensi konsumen.
  2. Penyediaan informasi peluang pasar, harga, supply/demand.
  3. Penyediaan informasi ketersediaan saprodi.
  4. Sosialisasi brand image melalui media cetak dan elektronik.
  5. Pengembangan SIM logistik dan distribusi.
  6. Pengembangan budaya berkomunikasi.

Sosial Budaya

  1. Survei preferensi konsumen berdasarkan tingkat pendapatan.
  2. Pengembangan nilai/”value” memuaskan pelanggan dan konsumen.
  3. Memanfaatkan nilai-nilai sosial budaya yang positif yang ada di masyarakat.

Lingkungan Lain

  1. Instansi terkait di sektor pertanian.
  2. Kewenangan yang ada di instansi lain namun terkait dengan rantai pasokan seperti Dept. Pekerjaan Umum, Kepolisian, Dept. Perhubungan dll.
  3. Perubahan iklim investasi yang diakibatkan oleh kondisi perekonomian Nasional.

Judul Buku: Strukturisasi Pasokan Manggis (Bab 1 Rantai Pasokan), Penerbit: Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian 2008, Halaman: 8-12.