Deretan artikel yang dimulai dengan judul Senyum CU, merupakan saduran dari buku “Sambil Tersenyum Memahami Credit Union” karangan P. Florus (1999).

Pengelolaan anggaran belanja keluarga (ABK) sering kali mencerminkan ketidakadilan gender dalam keluarga. Kebanyakan korbannya adalah kaum perempuan.

Suami dan isteri sama-sama pergi menyadap karet. Seminggu sekali suami pergi menjual karet ke toko. Isterinya tidak diikutsertakan. Suami lalu berbelanja sesuai kemauannya. Tanpa kompromi dengan isterinya. Tentu saja keperluan pribadinya mendapatkan prioritas. Sisa belanja, bila ada, akan disimpan juga oleh suami sebagai ‘uang gelap’, untuk dipakainya sendiri suatu saat.

Di suatu kampung, dalam pelatihan penyadaran gender, terungkap bahwa kelompok suami rata-rata menghabiskan Rp. 87.000,- sebulan untuk keperluan pribadi. Sedangkan kaum isteri hanya menghabiskan rata-rata Rp. 36.000,- sebulan. Ini juga mencerminkan ketidakadilan.

“Yang paling menyakitkan hati, bila suami memakai uang untuk membeli minuman keras dan bermain judi,” kata seorang isteri. “Pulang ke rumah dalam keadaan mabuk atau sakit hati karena kalah judi. Lalu marah-marah.”

“Bagaimana kalau suami memakai uang gelap itu untuk berselingkuh atau ke pelacuran?” tanya saya.

“Terkutuklah. Tiada maaf bagimu.”

Judul Buku: Sambil Tersenyum Memahami Credit Union, Penulis: P. Florus, Halaman: 27.