Deretan artikel yang dimulai dengan judul Senyum CU, merupakan saduran dari buku “Sambil Tersenyum Memahami Credit Union” karangan P. Florus (1999).
“Kita harus memberdayakan masyarakat dalam aspek hukum. Dengan demikian masyarakat akan berdaulat atas semua sumber daya, terutama sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Kegiatan ekonomi akan menyusul dengan sendirinya. Apabila kedaulatan sudah diraih, maka kesejahteraan akan tercapai pula.” Demikian pendapat seorang ahli hukum.
“Pandangan itu tidak benar,” Sela seorang antropolog. “Yang penting adalah budaya. Jika kebudayaan berkembang dengan baik, maka masyarakat akan hidup tenang, aman, tenteram. Apa gunanya berdaulat tanpa kebudayaan? Kedaulatan dan kesejahteraan akan diperoleh sebagai buah dari kebudayaan. Artinya, kita harus mengembangkan kebudayaan terlebih dahulu.
“Keliru itu. Hubungan sosial dalam suatu komunitas sangat penting. Kita mesti membenahi hubungan sosial itu untuk memperoleh harmoni kehidupan. Keterasingan adalah penyakit manusia jaman ini. Oleh sebab itu, kita mesti mengembangkan sosialitas, sehingga setiap orang merasa dirinya diterima di dalam komunitas.” Itulah pandangan seorang sosiolog.
Lain lagi pendapat seorang ahli ekonomi: “Kita tidak dapat menghindar untuk mendahulukan pemberdayaan ekonomi. Kebutuhan hidup berupa sandang, pangan dan papan harus dipenuhi terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kita dapat mengajak mereka memikirkan kedaulatan hukum dan kebudayaan.”
Bagaimana pendapat warga masyarakat sederhana? Seorang pengurus adat di suatu kampung berkata: “kami tidak dapat menari terus-menerus apabila perut lapar. Kami juga tidak dapat makan terus-menerus sehingga lupa menari dan menyanyi. Kami menari bersama-sama. Makan juga bersama.”
Judul Buku: Sambil Tersenyum Memahami Credit Union, Penulis: P. Florus, Halaman: 20.