“Keramba jaring apung (KJA) merupakan wadah yang ideal bagi pembesaran kerapu karena proses budi dayanya langsung di laut dan hasilnya pun lebih baik”
Kerapu yang dipelihara hampir sesuai dengan habitat aslinya dan diberikan pakan sesuai dengan proporsinya dapat memacu pertumbuhan bobot yang cukup signifikan. Itulah yang menyebabkan kerapu banyak dipelihara di keramba jarring apung (KJA) daripada di tambak karena hasilnya lebih baik. Kepadatannya pun bisa lebih tinggi daripada media lain sehingga produktivitasnya juga lebih tinggi. Hanya saja, wadah ini membutuhkan konstruksi yang kuat dan biaya investasi yang cukup tinggi. Selain itu, tidak semua tepi pantai dapat digunakan sebagai lokasi pemeliharaan dengan KJA.
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pemasangan KJA mutlak harus dilakukan karena kesalahan kecil dapat berakibat fatal. Pengaruhnya tidak hanya ke ikan, tetapi pada keberadaan KJA.
- Pertimbangan teknis
Pertimbangan ini berhubungan langsung pada kerapu yang dipelihara. Pertama adalah kualitas air yang terdiri atas suhu, salinitas, dan pH. Suhu air yang baik untuk pembesaran kerapu di KJA adalah 24 – 32o C dengan fluktuasi suhu tidak lebih dari 5o C dalam sehari semalam karena dapat mempengaruhi metabolism ikan. Untuk salinitas perairan laut yang cocok adalah antara 30 – 33 ppt. Sementara itu, pH yang cocok untuk pembesaran kerapu adalah 7 – 9.
Faktor teknis kedua adalah kuantitas air. Hal ini tergantung dari kedalaman perairan dan tingginya pasang surut. Pilihlah lokasi yang kedalam perairannya tidak berpengaruh pada ketinggian KJA, terutama pada waktu surut terendah. Kedalaman perairan yang tidak tepat juga dapat berpengaruh pada kemunculan adanya upweilling (keteradukan substrat di dasar perairan). Kejadian itu dapat mengakibatkan terganggunya pernapasan, metabolism, bahkan sampai keracunan pada ikan karena kekurangan oksigen dan terserapnya zat racun oleh ikan.
Selanjutnya adalah faktor kondisi fisik lingkungan, yaitu ombak dan arus perairan. Perairan yang memiliki gelombang tinggi dan arus kuat dapat memberikan gangguan yang cukup berarti pada keselamatan keramba dan ikannya. Dengan demikian, penempatan KJA dipilih pada lokasi yang berarus sedang dan gelombangnya tidak tinggi. Jika bisa, lokasinya tidak pernah terjadi arus dan gelombang yang ekstrim. Untuk kecepatan arus ideal sekitar 0,2 – 0,5 m/detik, sedangkan tinggi gelombang sebaiknya tidak lebih 1 m. Lokasi aman sebaiknya berada di tengah pulau, gugusan karang, atau teluk.
Faktor keempat adalah keberadaan benih kerapu. Jadi, lokasi sebaiknya dekat dengan penyedia benih kerapu atau paling tidak mudah dalam transportasi benih ke KJA. Selain itu, pembudidaya juga harus memperhatikan faktor lingkungan. Lokasi pembesaran kerapu tidak menimbulkan pencemaran. Perhitung kan dalam kurun waktu tertentu, baik jangka panjang maupun pendek, apakah daerah tersebut kelak berpotensi tercemar atau tidak, baik dari pihak pembudidaya ataupun dari luar.
- Pertimbangan non-teknis
Pertimbangan non-teknis juga harus diperhitungkan sebelum dalam memilih lokasi pembesaran kerapu di KJA. Mulai dari perizinan, tenaga kerja, sarana penunjang, dan infrastruktur di KJA. Perizinan sangat penting dalam memulai usaha. Jadi, usaha yang dilakukan harus bersifat legal atau resmi. Dengan demikian, usaha tidak akan terusik dan instansi pemerintah dapat melakukan pengawasan.
Tenaga kerja sangat diperlukan dalam menjalani masa produksi sampai panen. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi teknisi dan tenaga bantu. Teknisi sebaiknya merupakan ahli di bidang perikanan sehingga bisa cepat membantu ketika ada masalah. Untuk tenaga bantu, sebaiknya diperoleh dari lokasi setempat dan dipekerjakan untuk keperluan operasional. Mulai dari membersihkan keramba, jarring, dan memberikan pakan.
Sarana penunjang berperan untuk memudahkan kegiatan pembesarana. Mulai dari pengadaan kerangka, jarring, pelampung, seser, drum, peralatan panen, sampai peralatan produksi. Semua sarana tersebut sebaiknya mudah diperoleh pada daerah setempat sehingga dapat menekan biaya usaha, terutama yang sering mengalami pergantian.
Lokasi yang baik adalah lokasi yang telah memiliki infrastruktur cukup baik. Artinya, jalan menuju ke tepian pantai cukup mudah sehingga tidak menyulitkan Anda bila harus mengangkut sarana produksi dan hasil panen. Lokasi pembesaran pun harus aman, baik dari kegiatan pencurian maupun kegiatan pelayaran. Lokasi pun harus aman dari jalur migrasi ikan karena sudah pasti tidak aka nada izin untuk melakukan pembesaran di daerah tersebut.
Desain dan Tata Letak
Desain dan tata letak penting jika usaha sudah masuk skala besar. Keduanya dapat menentukan biaya investasi yang harus dikeluarkan, terutama ketika ingin mengembangkan usaha. Untuk menyusunnya, harus dibuat desain terlebih dahulu agar semuanya dapat tersusun secara efektif dan efisien. Desain yang bagus tidak hanya memberikan konstruksi secara teknis, tetapi juga estetika keindahan. Ada beberapa unit penyusun KJA yang memerlukan desain agar dapat berfungsi sesuai kebutuhannya dan aman.
- Pelampung
Berfungsi untuk mengapungkan unit kerangka dan jaringnya agar tidak tenggelam. Dibutuhkan perhitungan khusus kebutuhan pelampung agar mampu menyangga beban seluruh unit yang ada di atas KJA sehingga tidak boros biaya. Pelampung yang digunakan bisa berupa drum atau jerigen plastik. Bahan yang mudah berkarat seperti drum besi sebaiknya dilapisi cat antikarat agar tahan lama.
- Jangkar
Berfungsi agar KJA tidak terbawa arus atau gelombang. Jangkar terbuat dari balok-balok dengan kerangka besi ton. Jumlah dan bobot jangkar disesuaikan dengan unit KJA. Penempatannya harus seimbang sehingga bila ada arus tidak miring pada sebelah karena dapat membahayakan ikan dan orang yang berada di atasnya. Penempatan jangkar berada pada masing-masing sudut unit keramba dan diikat dengan tali tambang.
- Saung/Rumah Jaga
Biasanya terdapat pada keramba yang unitnya cukup banyak dan berfungsi untuk penempatan sarana produksi dan tempat jaga. Bangunan dibuat sesuai kebutuhan dan atapnya harus dapat menahan panas dan hujan. Dindingnya pun dapat melindungi dari sinar matahari dan terpaan angina.
- Rakit
Merupakan kerangka untuk menempatkan semua peralatan KJA serta sebagai jalan untuk memudahkan pemiliharaan. Terbuat dari bahan bamboo utuh, kayu, pipa PVC/galvanis, atau kombinasi. Ukurannya menyesuaikan dengan kebutuhan luas per petak jaringnya dan jumlah per unitnya, yaitu sekitar 3 m x 3 m, 5 m x 5 m, atau 7 m x 7 m. dalam 1 unit biasanya terdapat 2 – 8 petak jarring atau lebih.
- Jaring Keramba
Merupakan media sangat vital pada KJA. Mata jarring (mesh size) harus disesuaikan dengan ukuran ikan agar ikan tidak keluar. Ukuran mata jaring yang sering digunakan adalah 1 – 1,5 inci (2,5 – 3,81 cm). jarring harus terbuat dari bahan nilon politelien yang aman bagi manusia, ikan, dan lingkungan serta tahan lama.
Volume jaring yang akan digunakan biasanya tidak sama, tergantung segmen yang dipilih. Ada jaring berukuran 3 m x 3 m x 1,5 m; 5 m x 5 m x 3 m; atau 7 m x 3 m. selain itu, penempatan jarring sebaiknya ada jarak dengan dasar perairan. Paling tidak, ada selisih minimal 3 m antara bawah jaring dengan dasar perairan.
Untuk mengikat jarring dengan kerangka, diperlukan tali ris. Selain itu, tali ris berfungsi untuk memperkuat jarring keramba agar tidak mudah robek. Selain itu, diperlukan pemberat agar jarring tidak mudah terhempas arus dan sebagainya perentang agar jarring tidak menggulung/berkerut. Pemberat diikatkan pada bagian bawah jarring dalam keadaan tergantung (tidak sampai ke dasar perairan).
- Tambang
Faktor penting untuk menjaga kestabilan KJA dengan jangkar. Tambang yang diperlukan panjangnya sekitar 3 kali kedalaman perairan. Hal itu disesuaikan antara dasar perairan dengan pasang air laut tinggi. Dengan demikian, keramba tidak akan tenggelam ketika terjadi pasang tertinggi yang dapat membahayakan orang di atasnya dan ikan bisa keluar.
- Bangunan berfungsi sesuai konstruksinya.
- Memiliki kekuatan yang baik sesuai bahan yang digunakan.
- Memberikan keindahan secara fisik.
Tata letak di KJA diperlukan pada masing-masing unsur. Tujuan adanya tata letak adalah memberikan kemudahan dalam kegiatan operasional. Peletakan masing-masing KJA untuk ikan yang berukuran kecil dan besar harus secara urutan bila dalam sistem usaha tersebut akan dilakukan beberapa kali pemindahan tempat. Untuk rumah yang digunakan untuk gudang pakan, sebaiknya cukup strategis dan tidak jauh dari tempat penurunan bongkar muat sarana produksi dan tidak terlalu jauh dengan unit KJA yang paling jauh. Tata letak yang dibuat dengan baik akan memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut:
- Memudahkan operasional produksi.
- Memberikan kemudahan sewaktu inspeksi.
- Memudahkan pada waktu panen.
Pemasangan Keramba Jaring Apung
Kegiatan yang cukup sulit pada tahap pra-produksi adalah pemasangan unit KJA di perairan laut. Tidak saja karena unitnya cukup besar, tetapi kondisi arus atau gelombang yang sedikit banyak juga dapat memberikan pengaruh pada saat pemasangan.
- Perakitan kerangka keramba
Untuk pembuatan kerangka dilakukan di darat. Cukup menentukan ukuran dan jumlah unit yang dikehendaki. Ketika pembuatannya selesai, kerangka dimasukkan ke dalam perairan untuk dicoba. Setelah dicoba dan berhasil selanjutnya kerangka ditarik dengan kapal motor hingga ke titik yang dituju.
- Pemasangan jangkar
Kerangka yang telah sampai di lokasi perairan segera dipasangkan jangkar. Jangkar diikat dengan tali yang panjangnya 3 kali dari kedalaman perairan. Kemudian, Jangkar beserta talinya dimasukkan ke dalam perairan hingga sampai ke dasar perairan. Setelah penempatan jangkar selesai, ujung-ujung keramba diikatkan dengan kuat pada tali yang terhubung ke jangkar.
- Pemasangan jaring
Setelah pemasangan kerangka dan jangkar selesai, dapat dipasang jarring pada setiap unit KJA dan disesuaikan dengan luas petakan. Pemasangan dilakukan dengan mengikat tali jarring pada tepi kerangka bagian dalam.
Persiapan Sarana
Langkah sebelum budi daya dimulai, sarana harus dipersiapkan sehingga proses pembesaran dapat berjalan dengan lancar. Adapun sarana atau peralatan utama yang dibutuhkan pada pembesaran kerapu antara lain thermometer, DO meter, salinometer, PH meter, nitrat/nitri test, secci dish, dan obat-obatan/bahan kimia.
Sementara itu, sarana penunjang juga dibutuhkan dalam proses pembesaran. Fungsinya untuk memudahkan proses produksi. Beberapa sarana penunjang yang diperlukan antara lain seser, drum/blong, ember, dan baskom.
Teknik Pembesaran
Sebelum memulai proses pembesaran, hal-hal yang berhubungan dengan produksi harus sudah siap. Mulai dari wadah yang tidak rusak dan kesesuaian antara ukuran mata jarring dengan ukuran benih yang ditebar. Dengan demikian, ikan akan tetap berada di dalam jarring selama pemeliharaan. Selain itu, tentukan pula target produksinya sehingga dapat diketahui kebutuhan benih dan pakannya. Untuk mencapai tujuan konsumsi seberat 0,5 kg dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 8 bulan untuk kerapu macan dan 17 bulan untuk kerapu tikus dari ukuran gelondongan.
Pemilihan benih
Agar mendapatkan hasil yang baik, benih yang digunakan juga harus baik dan berkualitas. Selain itu, cara penanganannya pun harus sebaik mungkin. Mintalah jaminan pada penyedia benih sampai benih selamat diantar sampai lokasi. Berikut kriteria benih berkualitas.
- Berukuran seragam.
- Memiliki gerakan gesit bila disentuh.
- Tubuh utuh tanpa cacat, berwarna cerah, dan tidak sakit.
- Diperoleh dari penyedia benih terpercaya.
- Lokasi penyedia benih sebaiknya tidak jauh.
- Lebih baik bila benih yang ditebar sudah mengalami pendederan terlebih dahulu.
- Penebaran benih
Setelah benih sampai segera mungkin lakukan penebaran. Usahakan benih sampai pada pagi atau sore hari atau ketika suhunya tidak panas. Itulah saat yang tepat dilakukan penebaran, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 – 09.00 dan sore hari 15.00 – 18.00. Panas pada perairan akan berpengaruh pada tubuh benih dan metabolism.
Pada tebar benih tergantung dari ukuran benih yang ditebar. Untuk benih berukuran 3-5 cm dapat ditebar dengan kepadatan 300-500 ekor/m3. Benih berukuran 10-15 cm dapat ditebar dengan kepadatan 70-80 ekor/m3 dengan bobot benih 25-30 g/ekor. Sementara itu, untuk benih berukuran 20-25 cm/ekor atau berbobot 75-100 g/ekor, padat tebarnya cukup 30-50 m3.
Penebaran dilakukan dengan aklimatisasi terlebih dahulu. Pertama, wadah pengangkut (plastik) diapung-apungkan dahulu selama 10 menit, lalu plastik dibuka. Masukkan air dari KJA ke dalam plastik, lalu biarkan benih kerapu keluar sendiri.
- Kebutuhan pakan
Pakan merupakan syarat utama dalam pembesaran kerapu dan mampu menghabiskan lebih dari 60% total biaya produksi. Pakan alami memang banyak terdapat di perairan, tetapi terbatas jumlahnya. Dengan demikian, tetep harus ada pakan tambahan yang diberikan secara kontinu.
Pakan yang diberikan harus berkualitas agar target bobot panen tercapai. Pemberian pakan pun harus disesuaikan dengan karakteristik ikan tersebut. Kerapu yang bersifat karnivora (pemakan daging) lebih cocok bila diberi pakan berupa ikan segar di samping pellet. Ikan yang diberikan sebaiknya sesegar mungkin karena bila sudah agak membusuk biasanya kerapu kurang menyukainya.
Untuk mendapatkan ikan segar, sebaiknya pembudidayaan bekerja sama dengan nelayan setempat yang sering mencari ikan di perairan umu. Dengan demikian, kekurangan ikan tidak akan terjadi.
Pemberian pakan sebaiknya diberikan secara teratur sesuai kebutuhannya. Pemberian pakan yang tidak teratur hanya akan mengakibatkan pemborosan dan tidak akan memperngaruhi laju pertumbuhannya. Ukuran ikan akan memberikan pengaruh cukup nyata pada penggunaan pakan. Untuk pakan pellet, ukuran pakannya sudah disesuaikan dengan ukuran atau umur ikan sehingga mulutnya dapat menelan pellet. Berbeda dengan pakan dari ikan segar. Pemberiannya lebih efektif bila dicincang terlebih dahulu sesuai dengan ukuran kerapu.
Pemberian pakan untuk kerapu di KJA berbeda-beda, tergantung bobot tubuhnya. Untuk bobot tubuh kerapu di bawah 50-75 g, pemberian pakan ikan rucah sebanyak 10% dari bobot tubuhnya. Sementara itu, untuk bobot tubuh di atas 75 – 100 g, pemberian ikan rucah cukup sekitar 5-8% dari bobot tubuhnya.
Frekuensi pemberian pakan juga disesuaikan dengan ukuran kerapu. Semakin kecil ukuran kerapu, tingkat pemberian pakannya harus lebih sering karena kebutuhan energi kerapu kecil lebih besar. Untuk benih berukuran 3-5 cm, pemberian pakannya bisa 4-5 kali sehari. Setelah berukuran 7-12 cm, pemberian pakan cukup 2 kali sehari.
Pakan berupa cincangan ikan dapat diberikan dengan menyebarkannya secara merata. Untuk pakan pellet, pemberiannya juga secara merata ke dalam KJA sedikit demi sedikit agar pellet tidak cepat tenggelam ke dasar perairan.
Perawatan
Selama pemeliharaan, benih kerapu di dalam KJA harus diberi perawatan secara rutin. Perawatan tersebut sebagai berikut:
- Lakukan pengamatan setiap hari secara rutin mengenai kondisi kerapu. Perhatikan kondisi fisik dan gerakan renangnya.
- Lakukan pengukuran kualitas air 1 – 2 kali sehari. Pada kondisi khusus dapat dilakukan tes nitrit (NH3) dan nitrat (H2S).
- Amati kondisi perubahan fisik perairan di sekitar keramba.
- Lakukan pengecekan kondisi konstruksi KJA.
Perawatan Keramba
Usaha pembesaran KJA di laut memerlukan perawatan yang cukup tinggi. Air laut yang bersifat kondusif (mudah mengakibatkan karat) terhadap logam. Selain itu, untuk bahan kerangka dari kayu/bamboo akan mudah ditempel hewan-hewan laut seperti teritip.
- Perawatan pasca-operasional
Setelah kegiatan pembesaran selesai dalam satu siklus produksi, sebaiknya dilakukan perawatan. Jangan dicuci bersih dan dikeringkan. Yang rusak ditambal atau dijahit kembali. Sementara itu, peralatan lain juga dicuci dan dikeringkan. Pada pembersih yang perlu dikerik dilakukan pengerikan. Pada peralatan yang membutuhkan pengecatan dapat dilakukan pengecatan ulang agar dapat bertahan lebih lama.
- Perbaikan yang rusak
Terkadang ada juga peralatan yang sedang digunakan selama pemeliharaan bisa mengalami kerusakan. Agar kerusakan tersebut tidak merambat atau bertambah parah dan membahayakan orang, sebaiknya segera diperbaiki. Biaya memperbaiki akan jauh lebih murah daripada biaya untuk membangun KJA kembali.
Judul Buku: Bisnis dan Budi Daya KERAPU, Penerbit: Penebar Swadaya, Hal: 82