“Budi daya tidak akan lepas dari kendala berupa hama dan penyakit. Sebagai pembudidaya, alangkah baiknya untuk mengetahui cara pencegahan daripada pengobatannya karena lebih efektif”

Kerapu juga bisa mengalami gangguan, baik dari lingkungan maupun parasit. Interaksi yang tidak seimbang antara makhluk hidup (inang), lingkungan, dan parasite akan menimbulkan penyakit. Kenyamanan dalam budi daya kerapu akan terganggu apabila ikan diserang hama dan penyakit karena kegagalan dan kerugian yang akan didapat. Jadi, alangkah baiknya untuk mengetahui dahulu hama dan penyakit yang biasa ditemui pada budi daya kerapu.

Hama dan Pengendalian

Hama adalah organisme yang sengaja maupun tidak sengaja dan langsung maupun tidak langsung mengganggu, membunuh, dan memangsa ikan. Macam-macam hama dapat dikategorikan ke dalam jenis competitor (pesaing), predator (pemangsa), perusak sarana, dan pencuri.

  1. Kompetitor (pesaing)

Competitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dengan kerapu yang dipelihara dalam hal mendapatkan makanan, oksigen, dn ruang gerak. Organisme pesaing bisa berupa alga, kerang-kerangan, tertitip, dan lumut yang semuanya biasa menempel pada jaring. Sementara itu, siput dan kepiting biasa ditemui sebagai pesaing di tambak.

Untuk menanggulangi hama di KJA, bisa mengganti jaring yang telah ditempeli alga, lumut, teritip, dan kerang-kerangan. Dengan demikian, sirkulasi oksigen dan sinar matahari tidak akan terhalang oleh organisme tersebut. Untuk jaring yang memiliki mata jaring 1 inci, dibutuhkan waktu untuk ganti jaring sekitar 2 minggu, sedangkan untuk mata jaring berukuran 2 inci dibutuhkan waktu ganti sekitar 3-4 minggu.

Untuk pengendalian hama di tambak, cara menanggulangi siput agar tidak masuk ke tambak adalah menggunakan pestisida organik saat persiapan lahan. Jenis kepiting yang menggali pematang dapat ditanggulangi dengan memperkuat pematang dan menangkap kepiting tersebut. Pengendalian terhadap kerang yang suka menempel pada kayu di tambak adalah mengganti kayu tersebut dengan yang baru.

  1. Predator (pemangsa)

Predator atau pemangsa adalah organisme yang memangsa ikan peliharaan. Pemangsa kerapu biasanya berupa ikan hiu dan jenis burung seperti camar dan pelican. Namun, untuk predator seperti itu hiu biasanya tidak akan menyerang jika memang lokasi budi daya bukan merupakan daerah teritorial hiu. Bisa pula dengan membuat jaring rangkap supaya ruang gerak ikan buas bisa dipersulit sehingga tidak bisa menembus jarring.

Untuk menanggulangi hama burung, bisa menggunakan tutup pada permukaan KJA agar tidak menyambar ikan, sedangkan untuk ditambak bisa dengan memperdalam ketinggian air. Kontrol terhadap lingkungan budi daya juga harus dilakukan untuk mencegah hama tersebut masuk.

  1. Perusak sarana

Ada pula organisme yang bisa merusak sarana budi daya, misalnya ikan buas dan ikan buntal. Jaring bisa dirobek karena serangan ikan buas yang akan memangsa kerapu, sedangkan ikan buntal juga memiliki sifat yang sama yaitu merobek jaring KJA.

Untuk mengantisipasi, sebaiknya dipilih lokasi yang dasar perairannya tidak terlalu dekat dengan dasar KJA, minimal 1 m. Habitat ikan buntal adalah dasar perairan (demersal) sehingga akan memancingnya untuk menyerang KJA jika jarak dasar perairan dengan KJA terlalu dekat.

  1. Pencuri

Manusia biasanya bertindak sebagai pelaku pencurian dan bisa menguras ikan dalam waktu yang singkat. Cara penanggulangannya adalah dengan mengontrol area lahan secara kontinu dan dijaga secara bergantian. Buatlah rumah jaga di areal budi daya sehingga keamanan selalu terjaga.

Penyakit

Penyakit timbul karena adanya interaksi yang tidak seimbang antara ikan (inang), patogen, dan lingkungan. Penyakit menimbulkan gangguan fungsi atau struktur dari tubuh, baik langsung atau tidak langsung. Organisme patogen masuk ke dalam lingkungan budi daya sehingga mengganggu metabolism ikan.

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Hanya mengandalkan pengobatan tidak akan menjamin ikan sembuh total. Pengobatan juga membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit. Gejala klinis ikan yang tidak sehat antara lain nafsu makan hilang dan tingkah laku tidak normal. Tingkah laku yang tidak normal ini di antaranya ikan diam di dasar (pasif) atau berenang dengan posisi kepala di bawah sambil menggosok-gosokkan badan di bak.

Untuk tanda-tanda di luar tubuh ikan (eksternal) antara lain perubahan warna tubuh, sirip, dan ekor; badan kurus dan perut membengkak; kerusakan dan banyak lendir di insang; serta mata keputihan. Sementara itu, indikasi ikan tidak sehat secara internal (di dalam tubuh) adalah adanya gejala pendarahan di organ dalam (hati, limpa, usus) yang berwarna pucat, terdapat cairan pada rongga perut, pembesaran gelembung renang, serta terdapat bintik-bintik putih dan benjolan pada rongga dalam. Penyakit yang menyerang kerapu dapat dibagi 2, yaitu penyakit non-infeksi, penyakit infeksi, dan penyakit lainnya.

Penyakit non-infeksi

Penyakit non-infeksi merupakan penyakit tidak menular yang bukan disebabkan parasite. Beberapa hal yang dapat mengganggu kehidupan kerapu sebagai berikut:

  • Curah hujan

Kehidupan ikan dapat dipengaruhi melalui perubahan suhu dan salinitas ekstrim yang disebabkan oleh curah hujan. Curah hujan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan berlimpahnya air dan menurunkan salinitas sehingga ikan akan stress karena penurunan salinitas yang terlalu drastis. Untuk pemiliharaan di tambak, lapisan insang dapat tertutup oleh lumpur dari endapan sedimentasi. Curah hujan juga dapat menyebabkan naik-turunnya suhu mempengaruhi metabolism tubuh dan tingkat stress pada ikan.

  • Kelimpahan plankton

Kelimpahan plankton di perairan terjadi karena jumlah organisme seperti diatom dan dinoflagellata (plankoton merah) melimpah. Pyrodinium bahamensis dari golongan dinoflagellata menghasilkan racun yang berwarna merah. Kelimpahan plankton bisa menyebabkan ikan kekurangan oksigen dan mengakibatkan ikan mati. Hal yang bisa dilakukan adalah mempersempit kontak antara plankton dengan ikan, yaitu memindahkan lokasi budi daya yang diserang kelimpahan plankton ke tempat yang lebih aman.

  • Parameter air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah salinitas, suhu, pH, dan oksigen terlarut. Apabila semua faktor ini tidak terkondisikan dengan baik bisa menimbulkan stress pada ikan. Penempatan KJA sebaiknya di lokasi yang kondisi airnya jernih dan terbebas dari upwelling (arus balik).

  • Kondisi pakan

Pakan yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan tubuh ikan dari berbagai penyakit. Pemberiannya harus tepat waktu dan tidak berlebihan. Namun, jika pakan yang diberikan sudah kadaluarsa, sebaliknya dapat menjadi racun, lalu menimbulkan penyakit pada ikan.

  • Pencemaran

Semakin banyaknya industri di daerah pantai dapat menyebabkan pencemaran di wilayah tersebut sehingga memberi gangguan terhadap budi daya ikan, terutama yang menggunakan tambak. Air yang telah tercemar dapat membahayakan kehidupan ikan dan kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Contohnya tumpahan minyak dari kapal tanker yang akan menimbulkan lapisan atas perairan tertutup oleh minyak sehingga mengganggu aktivitas metabolism makhluk hidup di perairan tersebut.

Selain itu, pencemaran industri dan limbah rumah tangga dapat menyebabkan lingkungan budi daya menjadi tak baik. Hal itu mengganggu kesuburan serta proses reproduksi ikan. Selain itu, pembukaan tambak untuk kerapu di daerah rawan pencemaran juga rawan terhadap penyakit.

  • Keracunan

Pemberian pakan yang sudah kadaluwarsa atau pemberian dosis obat pada ikan apabila sakit yang tidak sesuai atau tidak tepat dosis, dapat menyebabkan keracunan pada ikan. Sehingga bahan yang digunakan dan batas penggunaan harus diperhatikan.

  • Penanganan ikan

Jika salah dalam penanganan, pengangkutan benih maupun induk kerapu juga dapat mengakibatkan penyakit. Apabila tidak tepat waktu serta tidak memadainya kondisi, jumlah, dan wadah pengangkut dapat menyebabkan ikan stress, yang merasa kurang nyaman akan berontak dan akhirnya menimbulkan luka. Untuk mengatasinya, sebaiknya ikan dibius terlebih dahulu sebelum didistribusikan. Jadi, ikan akan pingsan sementara waktu.

  • Gen

Gen juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab penyakit. Kondisi ikan yang tidak sempurna sejak lahir, misalnya bentuk kepala yang abnormal atau tulang punggung bengkok merupakan penyakit bawaan. Pertumbuhan yang lambat juga menjadi cacat fisik bawaan. Oleh karena itu, pemilihan benih serta induk kerapu harus sehat dan bersertifikat. Dengan demikian, keturunan yang dihasilkan pun akan berkualitas.

Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi disebut penyakit parasiter. Penyakit ini bisa disebabkan oleh protozoa, jamur (fungi), bakteri, dan virus. Semuanya bisa menginfeksi ikan serta menular.

  • Protozoa

Protozoa yang biasanya menjadi penyebab penyakit antara lain Cryptocaryon irritans dan Brooklynella sp. Penyakit yang ditimbulkan oleh Cyrptocaryon sp. sering disebut dengan cryptokaryoniasis, sedangkan yang disebabkan oleh Brooklynella sp. disebut brooklynelliasis.

 Cryptocaryon sp. merupakan hewan bersel satu berukuran 40-300 mokron. Parasit ini menempel pada kulit, insang, dan sirip ikan khususnya di bagian epidermis bawah kulit. Permukaan tubuh parasite ditumbuhi bulu getar. Cyrptocaryoniasis mudah menular serta bisa mengakibatkan kematian massal dalam waktu singkat.

Gejala ikan yang terserang protozoa ini adalah pembusukan pada sirip, sisik mudah lepas, ikan menjadi lesu, peningkatan produksi lender, mata buram, perdarahan kulit (haemorage), serta terdapat bintik putih pada insang dan kulit permukaan.

Parasit

Berikut adalah beberapa parasite penyebab penyakit pada kerapu yang menempel di luar maupun di dalam tubuh ikan.

  • Flatworm (Platyhelmynthes)

Jenis yang sering menyerang kerapu adalah Diplectenum sp. Ciri-ciri dari kerapu yang terserang parasit ini adalah warna tubuh pucat, nafsu makan berkurang, selalu berenang di permukaan, lendir berlebihan, suka menggosok-gosokkan tubuhnya di dinding, dan jika berenang tampak megap-megap dengan tutup insang terbuka. Parasit jenis ini menyerang organ dalam seperti usus, gonad (kantung telur), serta insang.

  • Krustasea (Nerocilla sp, Lepeophtheirus, dan Caligus)

Gejala yang ditimbulkan dari serangan parasite ini antara lain selera makan ikan menurun, insang rusak dan berwarna cokelat, serta ikan cenderung mendekati saluran air masuk (inlet). Terjadinya serangan parasite diawali dengan menetasnya telur Nerocilla dan berkembang dalam perut ikan bagian bawah. Selanjutnya, telur akan keluar, menetas, dan berenang, lalu masuk ke dalam ikan lain.

Parasite Nerocilla sp. memiliki bentuk pipih seperti kecoa dan sebagian besar hidup bebas memakan bangkai (scavenger). Parasit ini termasuk protrandus atau melalui fase jantan sewaktu muda. Ukurannya 3-8 mm, sedangkan yang dewasa berukuran 2-3 cm. parasit yang berukuran 1,4-2 cm dapat menghasilkan telur sebanyak 100-125 butir. Parasit ini biasa menyerang kerapu yang bobotnya >50 g. Penyakit yang disebabkan oleh Nerocilla disebut nerocilliasis serta sering menempel pada insang dan kulit dengan kerusakan yang serius.

Parasite Caligus dan Leophtheirus ditemukan menyerang kulit dan insang. Ikan yang terserang parasit ini akan mengalami kerusakan di kedua organ tersebut. Insang menjadi pucat serta sisik kerapu akan terkelupas.

  • Skin monogenic trematodes

Spesies yang termasuk skin monogenic trematodes adalah Benedenia sp. Skin monogenic trematodes disebut pula skin flukes. Parasit ini menyerang kulit hingga mengakibatkan borok atau nekrotik sehingga memudahkan penyakit sekunder menyerang ikan, baik bakteri atau jamur. Mata yang terserang akan menjadi putih keruh serta dapat menyebabkan kebutaan.

Jamur (fungsi)

Ikan kerapu yang terserang karena jamur umumnya bersifat infeksi sekunder. Maksudnya, jamur baru akan menyerang jika ikan sedang terluka karena serangan parasite. Penyakit jamur terkadang sulit disembuhkan sehingga jangan dianggap remeh.

Jamur yang sering menyerang kerapu adalah Saprolegnia sp. dan penyakitnya disebut saprolegniasis. Tanda-tanda umum kerapu yang terkena saprolegniasis adalah warna kulit menjadi putih keabu-abuan. Selain itu, jamur lain yang juga sering menyerang kerapu adalah Ichtyosporidium sp. dan penyakitnya disebut ichtyosporidosis yang mengakibatkan luka berlubang di kepala.

Bakteri

Ikan yang terkena serangan bakteri bisa menimbulkan stress. Ukuran bakteri sekitar 0,3-0,5 mikron dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

  • Bakteri Vibrio

Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang sering menimbulkan kematian pada usaha pembesaran kerapu. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut vibriosis. Sebagai patogen sekunder, bakteri ini mengakibatkan infeksi primer protozoa.

Gejala yang timbul akibat serangan bakteri ini adalah nafsu makan hilang, warna tubuh gelap dengan posisi berenang terbalik, insang pecah dan akan menjadi luka dengan cairan nanah berwarna kuning kemerahan, serta perut berwarna kemerahan akibat pendarahan. Jika tubuh ikan dibedah, akan terlihat pembengkakan dan kerusakan pada jaringan hati, limpa, dan ginjal.

  • Bakteri Streptococcus

Jenis bakteri ini dapat menimbulkan pendarahan pada mata. Penyakitnya dinamakan strepococcosis dan menimbulkan gejala seperti nafsu makan ikan menurun secara perlahan, saat berenang terlihat kelelahan dan tidak teratur, serta pendarahan pada mata.

Penyakit lainnya

Beberapa penyakit lain yang menyerang kerapu antara lain swim blader syndrome dan pop-eye. Swim blader syndrome atau lebih dikenal dengan “sindrom gelembung renang” menyerang kerapu dengan cara menghilangkan kontrol daya apungnya. Posisi berenang terbalik dengan perut menggelembung. Penyebab penyakit ini masih sulit untuk diketahui, tetapi sewaktu ikan sakit dengan ciri-ciri tersebut, ditemukan adanya bakteri Vibrio sp.

Sementara itu, penyakit pop-eye dikenal dengan nama penyakit mata menonjol. Penyebab dari penyakit ini juga belum diketahui secara pasti, tetapi dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri Vibrio sp.

Pengendalian Penyakit

Upaya pengendalian harus dilakukan sehingga penyakit tidak berkembang dan merugikan. Berikut adalah cara pengendalian untuk berbagai macam sebab.

  1. Serangan protozoa
  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 50 ppm dan acriflavin 10 ppm selama 1 jam.
  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam.
  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 25 ppm dan malachite green 0,15 ppm.
  • Jika gejala terlalu parah, dapat direndam dengan air tawar selama 10-15 menit.
  1. Serangan parasite

Parasite flatworm dari jenis platyhelmynthes dapat dikendalikan dengan cara berikut.

  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 100 – 150 ppm selama 15 – 30 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
  • Jika terdapat luka, rendam ikan ke dalam larutan acriflavin 10 ppm selama 1 jam.
  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 25 ppm selama 2 jam atau merendam ikan ke dalam air tawar selama 10 – 20 menit.

Untuk mengendalikan parasit crustacea yaitu sebagai berikut

  • Merendam ikan ke dalam air tawar selama 5 – 15 menit.
  • Parasit yang menempel dapat dihilangkan dengan pinset.
  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 20 ppm selama 1 jam.

Spesies yang termasuk skin monogenic treamatodes adalah jenis Benedia sp. dan dapat dicegah dengan merendam ikan ke dalam air tawar selama 15 menit.

  1. Serangan jamur (fungi)

Upaya pengendalian terhadap serangan jamur sebagai berikut.

  • Merendam ikan ke dalam larutan methylene blue 0,1 ppm selama 15 – 45 menit dan diulangi 3 hari berturut-turut.
  • Menjaga kualitas air dan kesehatan ikan supaya tetap sehat.
  1. Serangan bakteri

Berikut cara penanganan kerapu yang terserang Vibrio sp.

  • Mencampur oxytetracycline 0,5 g/kg dalam pakan dan diberikan selama 7 hari.
  • Jika nafsu makan ikan berkurang, dapat dilakukan pencegahan dengan memperbaiki teknik penangkapan benih, penangkapan induk, dan penanganan ikan (benih dan induk).

Untuk pengobatan ikan yang terserang bakteri perusak sirip dapat dilakukan langkah berikut.

  • Merendamkan ikan ke dalam larutan nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam.
  • Merendam ikan ke dalam larutan acriflavin 100 ppm selama 1 menit.

Untuk mengobati ikan yang terserang bakteri Streptococcus sebagai berikut.

  • Pemberian erythromycin estolat 1 g/kg yang dicampur dalam pakan selama 5 hari berturut-turut.
  • Bila tidak mau makan, ikan dapat diberi suntikan penicillin dosis 3.000 unit/kg ikan.

Judul Buku: Bisnis dan Budi Daya KERAPU, Penerbit: Penebar Swadaya, Hal: 120-132.